Akseptabilitas Sediaan Serbuk Boreh Bali dengan Scrub Beras Putih dan Kayu Cendana
DOI:
https://doi.org/10.54445/pharmademica.v2i2.24
Abstrak View:
307
PDF downloads:
1125
Kata Kunci:
akseptabilitas, boreh, scrub, beras putih, kayu cendanaAbstrak
Proses pembuatan boreh yang membutuhkan waktu lama serta penggunaan beras putih sebagai scrub yang kurang nyaman menyebabkan boreh tradisional Bali mulai jarang digunakan, sehingga perlu dilakukan inovasi bentuk sediaan boreh dalam bentuk serbuk dengan tepung beras putih dan serbuk kayu cendana sebagai scrub. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akseptabilitas serbuk Boreh Bali dengan penggunaan scrub beras putih dan kayu cendana. Metode penelitian ini meliputi uji sampel serbuk boreh dengan dan tanpa serbuk kayu cendana Uji akseptabilitas dilakukan terhadap 30 responden dengan pengamatan pada parameter preference, ease of use dan feeling. Masing-masing parameter terdapat 2 pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada parameter preference akseptabilitas tertinggi terdapat pada formula 1 dengan masing-masing pertanyaan mendapat nilai 46,80 dan 47,20. Pada parameter ease of use akseptabilitas tertinggi pada perlakuan 15% tepung beras dan 15% cendana mendapat nilai 47,10 dan 60,15. Pada parameter feeling akseptabilitas tertinggi pada formula 0% tepung beras dan 30% cendana mendapat nilai 50,23 dan 51,63. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa akseptabilitas parameter preference terdapat pada perlakuan 30% tepung beras dan 0% cendana, parameter ease of use pada perlakuan 15% tepung beras dan 15% cendana, dan parameter feeling pada perlakuan 0% tepung beras dan 30% cendana.
Unduhan
Referensi
Asnia, M., Neneng, S. S., & Jenny, S. S. (2019). Pemanfaatan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Sebagai Perawatan Kecantikan Kulit. 697-703. Retrieved from https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/sendi_u/article/view/7315
Hajar, Rachel. 2017. “Risk Factors for Coronary Artery Disease: Historical Perspectives.” Heart Views 18(3):109. doi: 10.4103/heartviews.heartviews_106_17.
Hartayu, T. S., & Widiasih, K. A. (2012). Pemahaman Masyarakat Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali Tentang Boreh-Anget. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 71-74. https://e-journal.usd.ac.id/index.php/JFSK/article/view/73
Kusuma, Irawan Wijaya, Harlinda Kuspradini, Enos Tangke Arung, Farida Aryani, Yu Hong Min, Jin Sook Kim, and Yong ung Kim. 2011. “Biological Activity and Phytochemical Analysis of Three Indonesian Medicinal Plants, Murraya Koenigii, Syzygium Polyanthum and Zingiber Purpurea.” JAMS Journal of Acupuncture and Meridian Studies 4(1):75–79. doi: 10.1016/S2005-2901(11)60010-1.
Lewis, B. 1981. “The Biology of Cholesterol and Related Steriods.” Journal of Clinical Pathology 34(12):1407–1407. doi: 10.1136/jcp.34.12.1407-c.
Makatita, F. A., Wardhani, R., & Nuraini. (2020). Riset in Silico dalam Pengembangan Sains di Bidang Pendidikan, Studi kasus : Analisis Potensi Cendana Sebagai Agen Anti-aging. Jurnal ABDI, 59-67. Retrieved from http://journal.unhas.ac.id/index.php/kpiunhas/article/view/9086
Murad, H. (2007). Pentingnya krim malam dalam ritual kecantikan.
Mun’im, A., and E. Hanani. 2011. Fitoterapi Dasar. Indonesia: Dian Rakyat.
Widyawati, T., NA Yusoff, MZ Asmawi, M. Ahmad- Nutrients, and undefined 2015. 2015. “Antihyperglycemic Effect of Methanol Extract of Syzygium Polyanthum (Wight.) Leaf in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats.” Mdpi.Com 7:7764–80. doi: 10.3390/nu7095365.
Yuliati, E., & Binarjo, A. (2010). Pengaruh Ukuran Partikel Tepung Beras Terhadap Daya Angkat Sel Kulit Mati Lulur Bedak Dingin. http://eprints.uad.ac.id/2419/1/Prosiding_konggres_IAI_2010-1.pdf
Zhang, M. 2020. “Taken from Nature: Sino-British Medical Encounters in the Early Modern Period”. https://etda.libraries.psu.edu/catalog/18075mzz5162
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Wahyu Wuryandari, Luh Ebi Ratna Anggriyani

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.